Di luar hujan, dan di sini aku merindukanmu.
Suatu sore di hari Minggu, aku baru selesai menonton sebuah drama Korea yang aku sendiri telat menontonnya. Drama itu tayang tahun lalu di Korea sana, dan sempat booming juga di sini. Aku tidak akan memberitahu judulnya sekarang, lebih baik aku menceritakannya saja.
Jadi, drama itu tentang ..biasalah, kisah percintaan. Tapi fakta yang membuatku menyukainya adalah, ya ada hal yang sangat aku sukai. Haha.
Oke, serius. Yang aku sukai dari drama itu adalah kisahnya tentang percintaan sepasang kekasih yang berlatar di dunia jurnalistik. Ya, mereka berdua ceritanya adalah reporter. Oh, apa kalian sudah tahu judulnya?
Sungguh. Drama itu mengingatkan ku tentang sesuatu yang sudah kulupakan, akhir-akhir ini. Karena aku terlalu terfokus dengan sesuatu, yang mengharuskan ku untuk tidak mengingatnya lagi.
Lalu, apa hubungannya dengan dunia jurnalistik tadi? Ya.. Kalian setidaknya harus tahu, atau sedikit tahu, kalau aku ini sangat sangat tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan jurnalis. Sudah dari kecil sih, waktu itu aku melihat iklan tentang perjuangan wartawan dan dedikasinya untuk dunia pertelevisian Indonesia. Aku agak lupa, tapi sepertinya itu di salah satu stasiun TV milik Pak Hary Tanoe. Dan seketika aku berpikir, wartawan itu ..keren ya? Kalian setuju?
Dan dari sekali melihat iklan itu, tiba-tiba aku beralih haluan. Aku memutar kemudi kapal ku -maksudku cita-citaku- dari asalnya menjadi astronot, kini menjadi wartawan. Ya.. kalian pikir apa lagi? Aku habis terperangah kagum melihat wartawan beraksi seperti itu, aku jadi ingin yang serupa.
Dan sejak itu, aku tidak habis pikir (padahal aku baru sadar sekarang, coret) iklan yang hanya satu kali kulihat itu, berefek sebegitu besarnya padaku? Oh sungguh, produser iklan itu pastilah orang yang pandai mempengaruhi orang lain!
Jadi, drama itu tentang ..biasalah, kisah percintaan. Tapi fakta yang membuatku menyukainya adalah, ya ada hal yang sangat aku sukai. Haha.
Oke, serius. Yang aku sukai dari drama itu adalah kisahnya tentang percintaan sepasang kekasih yang berlatar di dunia jurnalistik. Ya, mereka berdua ceritanya adalah reporter. Oh, apa kalian sudah tahu judulnya?
Sungguh. Drama itu mengingatkan ku tentang sesuatu yang sudah kulupakan, akhir-akhir ini. Karena aku terlalu terfokus dengan sesuatu, yang mengharuskan ku untuk tidak mengingatnya lagi.
Lalu, apa hubungannya dengan dunia jurnalistik tadi? Ya.. Kalian setidaknya harus tahu, atau sedikit tahu, kalau aku ini sangat sangat tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan jurnalis. Sudah dari kecil sih, waktu itu aku melihat iklan tentang perjuangan wartawan dan dedikasinya untuk dunia pertelevisian Indonesia. Aku agak lupa, tapi sepertinya itu di salah satu stasiun TV milik Pak Hary Tanoe. Dan seketika aku berpikir, wartawan itu ..keren ya? Kalian setuju?
Dan dari sekali melihat iklan itu, tiba-tiba aku beralih haluan. Aku memutar kemudi kapal ku -maksudku cita-citaku- dari asalnya menjadi astronot, kini menjadi wartawan. Ya.. kalian pikir apa lagi? Aku habis terperangah kagum melihat wartawan beraksi seperti itu, aku jadi ingin yang serupa.
Dan sejak itu, aku tidak habis pikir (padahal aku baru sadar sekarang, coret) iklan yang hanya satu kali kulihat itu, berefek sebegitu besarnya padaku? Oh sungguh, produser iklan itu pastilah orang yang pandai mempengaruhi orang lain!
Dari kecil, aku rajin membaca. Bukan sombong, memang apa yang pantas disombongkan? Mataku jadi minus begini sudah sejak lulus SD, dan sekarang malah bertambah tiap aku periksa ke Optik.
Dulu, aku sering membaca buku paket punya Kakak ku. Bahkan ketika belum sekolah pun, aku sudah membaca buku paket kelas 5 SD. Dan ketika aku masuk SD, aku malah sering membaca buku paket kelas 1 SMP. Sungguh, itu benar-benar sangat bermanfaat. Kadang ketika istirahat sekolah, aku selalu memamerkan kepada teman-teman tentang apa yang kubaca dari buku paket Kakak ku. Dan bahkan sampai sekarang, aku masih merasakan manfaatnya. Ilmu apa sih yang tidak bermanfaat?
Dulu, aku sering membaca buku paket punya Kakak ku. Bahkan ketika belum sekolah pun, aku sudah membaca buku paket kelas 5 SD. Dan ketika aku masuk SD, aku malah sering membaca buku paket kelas 1 SMP. Sungguh, itu benar-benar sangat bermanfaat. Kadang ketika istirahat sekolah, aku selalu memamerkan kepada teman-teman tentang apa yang kubaca dari buku paket Kakak ku. Dan bahkan sampai sekarang, aku masih merasakan manfaatnya. Ilmu apa sih yang tidak bermanfaat?
Kemudian aku tahu satu hal. Kalau ingin jadi wartawan, harus pintar menulis. Kalau ingin pintar menulis, harus rajin membaca.
Tapi dulu itu, aku jarang menulis. Hanya membaca saja. Lama kelamaan -saat itu aku SMP- , aku malah suka membaca buku kumpulan puisi. Ke perpustakaan, selalu pinjam buku kumpulan puisi. Tiap membaca buku paket Bahasa Indonesia, yang kubaca hanya puisinya saja. Entahlah, aku begitu tergila-gila dengan dunia sastra saat itu. Dan akhirnya aku mulai menulis ..puisi.
Awalnya hanya di bagian belakang buku pelajaran, coret coret. Beranjak mulai lebay, bikin buku khusus, "Kumpulan Puisi by. Tika Putri". Haha.
Lalu ada tugas Bahasa Indonesia, membuat puisi, tema bebas. Wah senangnya setengah mati. Seluruh jiwa raga ku dedikasikan di puisi itu. Tapi aku lupa puisinya, nggak didokumentasikan, kacau deh.
Semenjak itu, ditawari guru Bahasa Indonesia untuk ikut lomba cipta puisi dalam rangka FLS2N (Festival Lomba Seni Siswa Nasional). Ya ngga buruk lah, dapat juara 2 tingkat kabupaten. Tahun berikutnya ikutan lagi, tapi ngga dilanjut sampai kabupaten, cuma sampai tingkat gugus.
Tapi dulu itu, aku jarang menulis. Hanya membaca saja. Lama kelamaan -saat itu aku SMP- , aku malah suka membaca buku kumpulan puisi. Ke perpustakaan, selalu pinjam buku kumpulan puisi. Tiap membaca buku paket Bahasa Indonesia, yang kubaca hanya puisinya saja. Entahlah, aku begitu tergila-gila dengan dunia sastra saat itu. Dan akhirnya aku mulai menulis ..puisi.
Awalnya hanya di bagian belakang buku pelajaran, coret coret. Beranjak mulai lebay, bikin buku khusus, "Kumpulan Puisi by. Tika Putri". Haha.
Lalu ada tugas Bahasa Indonesia, membuat puisi, tema bebas. Wah senangnya setengah mati. Seluruh jiwa raga ku dedikasikan di puisi itu. Tapi aku lupa puisinya, nggak didokumentasikan, kacau deh.
Semenjak itu, ditawari guru Bahasa Indonesia untuk ikut lomba cipta puisi dalam rangka FLS2N (Festival Lomba Seni Siswa Nasional). Ya ngga buruk lah, dapat juara 2 tingkat kabupaten. Tahun berikutnya ikutan lagi, tapi ngga dilanjut sampai kabupaten, cuma sampai tingkat gugus.
Itu di SMP. Setelah lulus dan masuk SMK, aku ngga ikutan lomba-lomba puisi lagi, karena di SMK susah setengah mati pelajarannya, ditambah sibuk kegiatan organisasi.
Aku malah punya hobi baru. Nulis puisi, upload di Facebook atau sekadar puisi singkat dijadikan PM BBM (jarang nulis di buku, coret). Ck dasar, bukannya dikirim ke redaksi ya?
Tapi kegiatan posting di media sosial itu malah berlanjut sampai sekarang, dan kegiatan nggak coba kirim puisi ke redaksi juga ..masih saja berlanjut.
Kadang aku mikir, niat jadi sastrawan terkenal nggak sih? Kok nggak ada niat dan kemauan? Dan kenapa sekarang malah jadi ..Pharmacist? Haha.
Aku malah punya hobi baru. Nulis puisi, upload di Facebook atau sekadar puisi singkat dijadikan PM BBM (jarang nulis di buku, coret). Ck dasar, bukannya dikirim ke redaksi ya?
Tapi kegiatan posting di media sosial itu malah berlanjut sampai sekarang, dan kegiatan nggak coba kirim puisi ke redaksi juga ..masih saja berlanjut.
Kadang aku mikir, niat jadi sastrawan terkenal nggak sih? Kok nggak ada niat dan kemauan? Dan kenapa sekarang malah jadi ..Pharmacist? Haha.
Hanya karena drama yang aku tonton sekali (padahal 20 episode, coret) kenapa bisa membuat tulisan ini jadi alur kilas balik yang sangat sangat panjang? Dan tidak penting? Haha.
Pinocchio. Judul dramanya. Kalau kalian masih penasaran dan belum tahu sampai sekarang (itu juga kalau kalian masih baca tulisan ini, haha).
Hah.. Di luar hujan, dan di sini aku merindukanmu.
Siapa? Siapa sih yang aku rindukan? Ayo dong kalian tanya.
Aku merindukan ..mimpiku. Cita-citaku. Menjadi seorang wartawan, pemburu berita. Dan kini semua keinginan itu muncul lagi, dengan semangat ingin meraihnya bertambah berkali-kali lipat. Karena itulah, aku membuat akun blog ini. Aku ingin terus menulis, walau mungkin tidak ada yang membacanya.
Aku hanya ingin mimpi ini, terus hidup di hatiku. Ah tidak, aku benar-benar sangat ingin mimpi ini terwujud.
Langkah kecil ini, tulisan sederhana ini. Mungkin suatu saat aku akan membacanya kembali, ketika aku sudah menjadi reporter terkenal yang selalu bepergian keliling dunia. Atau mungkin saat itu aku malah menjadi seorang Apoteker sukses, yang juga seorang penulis? Siapa tahu?
Tapi yang perlu digarisbawahi.
Aku akan terus menulis. Seperti ini.
Aku akan terus menulis. Seperti ini.
Di luar masih hujan, dan di sini aku semakin merindukanmu.
LuckyClub: Free casino site with free spins for Android - Lucky
BalasHapusLucky Club is the best place for you to play and win free slots & table games online! luckyclub Sign up and make your sign-up today and get up to €100 bonus!